Jalan ini lenggang
Kita mulai berjalan beriringan
Tak ada genggaman tangan
Hanya senyum dan tawa yang berderai
Di sisi kananmu
mendung memilih jauh
Seirama goresan penamu, kaw rangkai episode baru di bukuku
Di lembar yang tak kalah baru
Di sisi kirimu
Segelas kopi masih pahit dilidah
Tak peduli berapa sendok gula kaw larutkan
Kaw...
Tak hanya mengisi lembar lembar bersih itu
Sesekali kaw tengok laman laman hitam
Menyeret mendung kembali pulang
#
Jalan masih lenggang
Tetap hanya ada kita
Tak lama kaw tarik diriku ke bangku usang
Masih dengan senyum dan tawa
Dalam senyap sejenak
Kaw mulai beranjak
Mengajak ku kembali meniti
#
Trung..Trung..Trung...
Kelereng kelereng berjatuhan mencipta ritme
Senyumku mulai simpul
Tawa mu melemah
Di persimpangan,
Kuhentikan langkahmu,
Untuk ku bubuhkan tanda tanya,
Pada naskah yang belum kaw pungkaskan.
#
Dering ponsel menyalak halus
Mengurai namamu pada layarku
Dalam hening kubaca pesanmu
Memelukku hingga sesak
Sekilas aku ingat bukuku
Yang kaw beri tanda jeda setelah baris terakhir
Tak ada yang lain
Tak ada...
Hanya masih
Masih...
Kaw paksa diriku
Membuka laman demi laman dengan caramu
Dan mengisi lembar lembar baru
Masih dengan caramu
Tapi Aku...
Masih...
Dan juga masih...
Bertahan dengan caraku
#
Kaw sadar?
Jalan kita mulai berat
Di suatu sore saat senja turun
Kubaca pesanmu kembali
Untuk ku hapus kemudian..
#
Pada sebuah helaan nafas
Terhempas sebuah tanya klasik
“would you let me be my self?”
US.. does not mean ‘US’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar