Minggu, 25 September 2011

Cerita Kertas


Kertas ini masih putih dahulu
Setiap noda terhapus dengan mudah

Segalanya indah walau sesungguhnya pahit
Dan senyum terus terkembang setiap harinya 
Walau aku belum tahu bagaimana caranya tersenyum

segalanya berlari...
Senja... di tempat itu... 

Kertasku tak lagi putih
Warna warni noda terserak diatasnya, terlalu bengal untuk memudar

Segalanya rumit
Segalanya berliku
Segalanya kejutan

Mungkin segalanya (masih) pahit, kawan
Tapi aku telah tahu betul bagaimana sebuah senyuman harus ku ukir..

karena hidup... harus tetap terasa indah.... 

Senin, 19 September 2011

2


Beberapa waktu lalu, disebuah toko buku. Kami berdua sedang berjalan menyusuri barisan buku buku yang tertata rapi di masing masing rak, ketika tiba tiba kaki kami secara serempak berhenti di depan salah satunya. Di bagian atas rak, tertulis ‘recommended books’. Disana berjajar buku buku dari penulis penulis ternama Indonesia. Tak ada yang bicara, semuanya diam. Menatap barisan buku itu sembari sibuk dengan pikiran masing masing.

Setelah beberapa lama, salah satu dari kami membuka suara.
“Hanya beberapa buku saja dari tulisan Andrea Hirata (penulis tetralogi laskar pelangi) yang aku baca.. 2 atau 3 buku saja. Sepertinya 2.“, ucapnya.
“Kenapa? Aku hampir membaca semua karyanya”, timpalku.
“entah... tapi aku tak terlalu suka bahasa penulisannya. Bagiku yang orang awam.. bahasa yang dipakainya terlalu liar.”
Mendengar penjelasannya, aku terdiam. Memilih untuk tak membantah. Namun otakku tak berhenti mencerna kalimatnya. Orang awam??terlalu liar?? Terlalu berat maksudnya?? Masa sih?? Aku nyaman nyaman saja membacanya. Namun dari semua kata katanya, ada beberapa yang membuatku tersenyum : Bagiku yang orang awam. Haha... aku tertawa dalam diam. Yang benar saja, kaw bergelut dengan itu semua. Dan mungkin merintis untuk membuat namamu berada di sana, di salah satu rak. Merintis... ya.. kaw tengah merintis. Aku tersenyum kembali.

Sesampainya di rumah, aku kembali teringat kejadian siang itu. Setelah beberapa lama menimbang nimbang, aku berfikir sepertinya dia benar. Mungkin itulah kenapa pada buku pertama andrea hirata ‘Laskar Pelangi’ terdapat laman glosarium di akhir buku. Aku tersenyum, untuk yang ketiga kalianya.

20 menit kemudian, setelah makan malam.

Kuraih sebuah novel bercover merah yang tergeletak di atas meja belajarku. Tak banyak kata dihalaman depan buku itu. Hanya sebuah angka besar tercetak jelas di sana : 2. Sembari menikmati alunan lagu lagu instrumental, aku bolak balik buku yang ada di tanganku. Buku itu baru saja selesai aku baca kemarin.

2. teman teman pasti bingung mebacanya. Judul bukunya memang ‘dua’. Yang aku tebak, sepertinya penulis buku ini menyukai sesuatu yang simple tapi bermakna, dan tentunya dia menyukai angka. Entahlah, itu hanya tebakanku saja.

Novel ini ditulis oleh Donny Dirgantoro. Aku mafhum kenapa orang – orang berminat atau setidaknya tertarik untuk membelinya (atau meminjam). Hal itu lebih karena buku pertamanya ‘5cm’ menjadi salah satu buku best seller indonesia. Mereka berfikir, sepertinya buku ke duanya cukup menarik, yang juga berjudul 2 (dua). Aku akui buku pertamanya cukup keren dan menggugah. Banyak nilai nilai moral di dalamnya.

Novel ‘2’ memiliki 418 halaman, dengan 11 buah sub judul. Buku ini diterbitkan pertengahan tahun 2011, terinspirasi dari ide salah satu sahabat Donny yang kemudian ide itu tidak pernah lepas dari keningnya. Novel ini bercerita tentang seorang gadis yang ‘kelebihannya’ merupakan kekurangannya. Gadis ini semenjak lahir, atau mungkin sejak dalam kandungan, sudah menyukai bulutangkis. Tak ada yang lebih diinginkannya selain bermain bulutangkis dan membuat orang tuanya duduk di salah satu tribun melihatnya bertanding. Dan berharap sebuah senyum kebahagiaan di akhir pertandingan. Namun sayang, setiap orang memang punya keinginan, bahkan yang terkuat sekalipun, tetapi tetap saja keputusan ada di tangan Allah. Jalan yang harus dilalui untuk mewujudkan cita citanya tak selalu mulus, bisa dikatakan terlalu sering tidak mulus. Terjal sekali. Namun, seperti ada di kebanyakan buku buku berbasis motivasi, semangat dan perjuangannya tak pernah surut. Tak seorangpun bisa menghentikan langkahnya, sekalipun itu adalah ‘kelebihannya’.

Saat membaca buku ini, diawal mungkin teman teman akan merasa sedikit bosan, karena itulah yang aku alami. Menurutku, Donny terlalu banyak melakukan pengulangan kata. Dan seperti yang telah teman teman ketahui, buku ini bertema bulutangkis, mengingatkanku pada film Indonesia ‘KING’ yang bertema sama. Membaca buku ini seperti memindah film ke dalam tulisan. Hanya saja dengan permasalahan dan latar yang berbeda. Dibandingkan dengan buku pertamanya, ‘5cm’ memang masih lebih unggul. Jalan cerita lebih menarik. Namun dari segi bahasa penulisan, ‘2’ lebih mudah dimengerti. Bahasa yang dipakainya sungguh sederhana dan ringan. Jika kembali ke cerita di awal tulisan ini, memang buku Donny Dirgantoro lebih mudah untuk dibaca daripada buku Andrea Hirata yang kata salah satu sahabatku ‘liar’. Apalagi untuk teman teman yang suka dengan buku motivasi dalam bentuk novel, buku ini tidak terlalu buruk.

Dari buku ini, aku belajar bahwa bermimpi saja tidak cukup. Seharusnya impian tidak perlu terlalu sering dibicarakan... tetapi diperjuangkan. Dan kaw tahu?? Segala sesuatu itu diciptakan 2 kali.. dalam dunia imajinasi dan dalam dunia nyata. Ingin tahu kenapa?? Baca bukunya....

Untuk soal Andrea Hirata dan Donny Dirgantara, aku rasa tidak masalah. Justru dengan berbeda, akan menambah variasi buku buku indonesia. Sastra Indonesiapun menjadi semakin berkembang. Masing masing dari mereka memiliki pasarnya sendiri, tinggal kita mau memilih yang mana. Kalau aku, pilih dua duanya... J

p.s : ini review??anggap saja begitu...hhe