Minggu, 22 April 2012

Kado (aneh) yang terlambat..... (Selamat Ulang Tahun Kartini Indonesia)


“Apa cita citamu?”  tanyanya pada suatu senja.

“hmmm... entah.. akupun tak terlalu mengerti”, jawabku bimbang.

Lantas Ia tersenyum .. sembari menatapku.. atau mungkin lebih tepat disebut tergelak. Keningnya sedikit menyiratkan kerut, seolah ingin berkata “haii.... bagaimana bisa aku berbicara pada orang yang bahkan tak faham dengan dirinya sendiri.. haha”

Sedikit salah tingkah aku dibuatnya.

“yaa... pegawai  bank... sepertinya tidak buruk”

“haha... pegawai bank? Yakin?? Apa tak ada yang lain?”

“haha... hmm.. salah??.... sebetulnya si... saat awal lulus,,, aku ingin menjadi arsitek... tapi sayang, tak aku ambil.. :) “ timpalku.

“oia... ato penulis... setidaknya aku mulai memikirkan itu.. tapi entahlah... “ tambahku.

“nah... itu... arsitek bagus... penulis bagus... setidaknya... dari pada pegawai bank.... yaa...walaupun tak salah juga sih.... :) “

“hahahahaha...” kami tertawa bersama. Entah bagian mana yang ditertawakan.

 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kuhirup udara pagi sedalam dalamnya. Memberi kesempatan rongga dada mengisi diri sepuasnya. Sepertinya mentari pagi sedikit malu malu menampakkan diri. Tapi ia tahu pasti, gilirannya telah tiba.

Aku berjalan menuju dapur. Melihat sekeliling dan tak menemukan apapun. Kupikir pagi ini cukup nikmat, untuk dibuka dengan secangkit teh hangat. Ku ambil sebuah cangkir aluminium dan menuangnya dengan air. Kunyalakan kompor, menaruh cangkir diatasnya, dan mulai menunggu. Tak lama kulihat air telah mendidih, dan segera menuangkan 2 sendok makan teh tubruk kedalamnya. Air segera saja meninggi, sehingga kumatikan api kompor. Saatnya menunggu kembali kawan.. hingga teh cem ceman benar benar telah siap. Jika kaw bertanya apa itu cem ceman? hmmm.. aku tak tahu bagaimana menyebutnya dalam bahasa indonesia..

“ndukkkk... “, ibu memanggil. Aku baru ingat, beliau mengajakku memasak pepes nasi hari ini. Segera saja aku membantu beliau menyiapkan bahan bahan dan perlengkapannya. Disela sela keasyikanku mengiris bawang merah... tiba tiba saja aku berfikir,.. sepertinya menjadi ibu rumah tangga tak begitu buruk. Aku mulai teringat ceramah membosankan seorang dosen disiang hari yang terik. Anehnya, bagaimana bisa aku ingat? Ah.. tak penting. Dosen tersebut berkata “dibalik kesuksesan seorang suami, pasti ada wanita hebat yang mendampinginya. Seorang suami tak mungkin bisa pergi melalang buana mencari nafkah dengan tenang, tanpa harus terbebani dengan kesehatan anak atau mungkin pendidikannya, jika tak ada wanita hebat yang selalu menjaga rumah dan anak anaknya.... blaa.... blaaa.... blaaaa......”. Aku mulai tak ingat apa selanjutnya. . sudah kubilang, ceramahnya sedikit membosankan.

Tapi apa yang dikatakan dosen tadi, menurutku,  tak sepenuhnya salah. Disaat semua wanita modern mendengung dengungkan untuk menjadi wanita karier, sepertinya ibu rumah tangga juga dapat disebut karier. Apa jadinya jika seorang ayah dan seorang ibu, sama sama bekerja diluar, dengan jadwal yang sama sama padat, dan sama sama kembali ke rumah pukul 7 malam. Mungkin para tetangga akan menyebut anak mereka sebagai anak pembantu. Mungkin... hanya mungkin, jangan tersinggung. Lebih ekstreamnya... sang anak akan lebih menyukai masakan baby sitternya, dan justru menangis saat tidur dengan ibunya.

Toh, menjadi ibu rumah tangga bukan berarti terasing dari modernitas. Banyak hal yang bisa dilakukan ibu rumah tangga disela sela kesibukan mengurus anak. Saat bangun pagi... mulai menyiapkan teh, sarapan, dan pakaian anak... setelah itu membersihkan rumah saat anak pergi ke sekolah (asal tahu saja, membersihkan rumah juga dapat disebut olah raga. Secara tidak langsung sih...). Saat menunggu anak kembali.... bisa diisi dengan mencoba berbagai resep masakan, menikmati hobi, bahkan mungkin hobi yang mendatangkan profit. Contohnya,,,, menulis buku, berjualan online, menerima order jahitan sesekali.... dan masih banyak lagi. Sedangkan malam hari, sebagai waktu untuk menemani sang anak belajar, membantu mengerjakan PR yang sulit, sembari sesekali bersenda gurau. Cukup mulia bukan... dan.... tak terlalu buruk. Jika mulai bosan.... bisa diselingi dengan berjalan jalan bersama keluarga diakhir pekan.

Sayangnya.... banyak wanita merasa.. dan mungkin aku termasuk didalamnya..... bahwa gelar sarjana yang telah didapat dengan susah payah, akan sia sia jika ujungnya hanya berakhir sebagai ibu rumah tangga. Untuk apa menempuh 4 tahun belajar akuntansi jika tak bekerja di bank? Buat apa menghafal undang undang jika tak menjadi pengacara?

Hhmmmm... sebenarnya... jika pikir lagi... tak sepenuhnya sia sia. Dengan terbiasa berfikir, otak kita akan terbiasa dengan cepat memikirkan pemecahan suatu masalah. Sehingga saat sebuah persoalan menghampiri, seorang ibu dapat menghadapinya dengan tenang. Selain itu... bagaimana seorang ibu mendampingi anaknya menuntut ilmu, jika ibunya saja tak faham untuk mengerjakan PR kelas 5 SD. Sang anak juga akan lebih terpacu semangatnya.... jika mendengar perjuangan sang ibu dalam menempuh pendidikan. Apa kalian sepakat denganku? Hmmmmmm.......
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“nduk...uda belum brambangnya? “ Aihhhh..... Bawang merah terakhir yang kuiris, memaksaku menghentikan perenungan kecilku. Tapi tak apalah... aku cukup senang....

Seperti sudah kukatakan padamu kawan...... menjadi ibu rumah tangga tak terlalu buruk... walaupun tak semudah yang diucapkan... apalagi dalam era “emansipasi” dan “karier adalah segalanya” . Aku sendiri belum tentu bisa....

Sudahlah..... saatnya mengukus... pepes nasi menanti untuk disantap.... :)

P.S : Toh..... Sepertinya Kartini juga tak akan marah... saat wanita indonesia memilih karier tersebut... Selamat Hari Kartini..... :)