Sabtu, 27 Agustus 2011

VB... ILoveYou [Review Buku]


VB. Singkat. Eh, tapi itu beneran nama manusia lo , bukan nama mobil.

VB itu singkatan dari Valiant Budi. Seorang penulis yang rela jd TKI [jangan dibalik, karena artinya bisa sangat beda], demi obsesinya dengan Timur Tengah. Dan seperti yang telah terbaca di awal, aku jatuh cinta, tapi bukan sama penulisnya ya.. lebih tepatnya sama tulisannya. Kenapa? Karena sesungguhnya aku bingung, ini buku genre nya apa si?? Isinya serius tapi gak formal. Kalo dibilang komedi juga gak 100%. Maw disebut ngeri, tapi sukses bikin aku ngakak sendiri kaya orang sinting padahal bahasanya kadang [baca : rada sering] sarkastik bin sadis. Entahlah, tapi di mataku buku ini [cukup] keren.

Pertama kali liat buku ini aku langsung suka, soalnya covernya bagus.. hhe [gak penting]. Judul bukunya “KEDAI 1001 MIMPI”. Buku ini diterbitkan tahun 2011 [entah bulan apa, tapi masih termasuk baru kan untuk kategori buku], punya 443 hal, dengan total keseluruhan 40 bab. Diambil dari pengalaman VB dan beberapa rekan TKI yang bertahan hidup di Saudi Arabia dan selalu rindu Indonesia. Seperti yang aku bilang di awal, sebenarnya isinya sedikit sensitif tapi ditulis dengan gaya setengah komedi. Kenapa setengah?? Karena ada juga bagian yang emang ditulis rada serius dan menurutku ia menulis dengan...emosional tinggi. Hmm... tapi mungkin itu yang membuatku suka dengan buku ini. Aku suka dengan tulisan tulisan segar yang tak meninggalkan esensi dari isi buku. Pembagian antara gaya penulisan serius dan kocaknya proporsional. Kalo 100% komedi, sepertinya aku malah tak terlalu minat. Pernah dulu pinjam salah satu buku nya raditya dika, tapi baca beberapa bab uda langsung pensiun cuma nagkring di rak buku tanpa tersentuh. Sampai akhirnya ku kembalikan pada empunya... berbulan bulan kemudian. Pas sekilas baca bukunya Pidi Baiq juga tak mebuatku langsug meyerbu togamas.

Oke..mari masuk ke isi buku. Cerita ini diawali dengan lolosnya si VB sebagai bartender di sebuah perusahaan coffeshop kelas internasional cabang Saudi Arabia. Ingat, Saudi Arabia gak cuma ada jeddah, mekkah, dan madinah, tapi juga ada riyadh dan teman temannya yang lain. Yang membuat shock, hari pertama kerja ternyata dia uda langsung sempurna jadi babu tanpa cacat. Jangankan Pelatihan serius, penjelasan sederhana pun tak ada. Ibarat orang yang gak bisa renang, langsung disuru surfing. Belum lagi orang orang mengira dirinya berasl dari filipina dan bukan Indonesia. Tapi sekalinya mereka dengar kata Indonesia, yang terlontar adalah “kok indonesian bisa b.inggris”,”kok kamu lumayan tinggi ya”, “kok kamu tau lagunya Black Eyed Peas” dan kok..kok..kok.. yang lainnya. Pesan pertamaku, temukan pertanyaan tersadisnya!! Itu semua belum termasuk cerita soal musim panas 50 derajat, rumah sakit [mungkin] teraneh di dunia, merasa hari homo sedunia [ ternyata SA punya stok homo berlimpah ], luluran pake pasir, kenyataan bahwa fugsi KTP di saudi ‘bagai matahari dan bumi’ sama di Indonesia yang KTP-nya keluar dompet pas mau ngisi kupon undian doank. Ada juga kisah mendadak jadi penerjemah SMS, dan juga ketemu pelanggan toko yang : nasionalis, arogan, haram, tersesat, linglung, yang juga pelayan, amnesia, plin plan, sok tau, posesif, juga kebarat – baratan.

Itu semua Cuma sebagian kecil dari isi buku. Pas membaca buku ini mungkin kalian akan bingung untuk berekspresi : musti miris, sedih atau ketawa ngakak. Dan untuk kesimpulan, aku setuju dengan salah satu kata kata di dalam buku ini : There’s a thing that money can’t buy, it’s called ATTITUDE. Kenapa? Kalian akan tahu jawabannya sepanjang membaca buku ini... pesan keduaku, ikuti kata hati saat membacanya :))




P.S :

- - >; Ini Review? Sudahh.... anggap saja begitu...hhe

TO :

- Yang sudah baca : apakah anda setuju dengan saya?? Ku harap iya

- Yang belum baca : RECOMMENDED!!!!

- Mahasiswa HI : penting banget, apalagi yang konsentrasi dunia islam [byar gak terpatok ke politiknya aja, tapi juga budayanya]

- Jatmiko Hadi Wibowo : Serius deh...aq pengen cabut pernyataan ‘iya’ ku untuk mengembalikan buku ini ke tanganmu... toh, aq pernah melakukannya sekali.. Sekali saja.. ya.. sekali. Ya Allah maafkan aq......................... tapiiii...sepertinya tak sulit untuk melakukan yang kedua kalinya.. [kata bijak : orang bodoh adalah yang maw meminjamkan bukunya, tapi lebih bodoh lagi orang yang mau mengembalikan buku yang dipinjamnya] hahaha.... sesat.... ketauan de kalo cuma minjem... ^^v

- Aku : sepertinya dia bisa masuk list penulis favoritku bersama Andrea Hirata, Donny Dhirgantoro, dee, Pramoedya Ananta Toer, Fuadi, dan Ilana Tan.

Rabu, 17 Agustus 2011

Sebuah Ketukan

Matahari cukup terik. Aku berjalan sedikit terseok dengan jas merah membalut tubuh. Sebuah alas tulis dan beberapa lembar kertas kudekap erat. Sesekali ku tengok pergelangan tanganku, berharap jarum jam berputar tak terlalu cepat. Tak banyak orang yg ku jumpai di luar rumah. Kebanyakan bersembunyi di balik tingginya bata bata atau beberapa mengintip dari labirin labirin gubuk mereka.

Dengan hanya berbekal senyuman sederhana dan sapaan seramah mungkin, ku beranikan mengetuk tiap pintu yg mungkin sedikit terbuka. Beberapa membalas senyumku, namun tak jarang yg acuh saja. Setiap langkah hanya doa yang terucap, berharap segalanya manis.

Satu jam berselang.., masih ada beberapa lembar yg belum ternoda tinta hitamku. Aku terus berjalan, walau matahari masih saja terik. Yaa... Beginilah nasib ilmuwan sosial. Pernah kalian lihat laboratorium terbesar di dunia??? Aku yakin pernah, mungkin sering. Hanya saja terkadang kalian tak menyadarinya. Bahkan aku berani bertaruh, kalian adalah bagian dari laboratorium itu sendiri. Yaa... laboratorium milik ilmuwan sosial adalah laboratorium terbesar di dunia. Jangan di tanya apa isinya, semuanya ajaib.

Waktu terus berlari, tak peduli keringat yang mengucur dari balik kerudungku. Tak lama, sebuah rumah mengusikku untuk berjalan ke arahnya. Berharap selembar kuisioner terisi lagi. Pelan – pelan ku buka gerbang rumah itu, dan berjalan menuju pintu yg sedikit terbuka. Ku edarkan pandangan ke sekeliling, memastikan seseorang berada di salah satu sudut bangunan. Sayang, tak terlihat seorangpun.Sebagai penyemangat, ku tarik nafas panjang dan menghembuskannya, lalu bersiap mengangkat tangan. Tentu saja tak ketinggalan senyum termanis yang bisa ku berikan, karena hanya itu milikku.

Sebuah jariku telah setangah terayun, saat tiba tiba ku dengar sebuah suara. Sayup sayup, namun makin lama makin jelas. Saat segalanya benar benar terang, ku turunkan tanganku perlahan dan tertegun. Urung niatku untuk mengetuk pintu. Kalian tahu?? Didalam rumah itu, entah siapa, di siang yg cukup menyengat, dan pada jam yang sebagian orang memilih terlelap... seseorang tengah membaca Al-quran dengan khusuk. Tak terlalu keras memang, tapi cukup terdengar dari balik pintu rumahnya. Beberapa menit ku nikmati alunan suara itu. Menentramkan.

Memang semua orang tahu, saat itu masih bulan Ramadhan, saat semua umat islam berpuasa dan berusaha beribadah sebanyak mungkin. Entah aku yang tak tahu, tapi jarang yg seperti itu. Segelintir saja, tak banyak.

Sebuah senyum simpul ku ukir siang itu, sembari melangkah menjauhi rumah tadi. Pelan. Tak ingin mengganggu. Memang kuesioner ku penting, tapi tak sampai hati tanganku mengetuk pintu itu. Sejurus kemudian justru belasan pertanyaan yang berkecamuk di otakku : “Sesering apakah kaw baca Al Quran yg bertengger di lemarimu itu? Atau jangan jangan telah berdebu. Sudah berapa jus yang kaw baca sepanjang ramadhan ini? Ah.. iya.. kaw habiskan waktu berjam jam menyelesaikan puluhan bait kata kata di buku favoritmu, tapi tak bisakah kaw luangkan sedikit waktu untuk membaca beberapa ayat Al – Quran?? Dll...”

Huff... siang yg indah, fikirku kemudian.