Minggu, 25 November 2012

Sesak

Apa yang bisa aku lakukan? ini bukan soal jarak, dan juga bukan soal intensitas. Aku salah satu orang yang percaya jika rasa rindu tak pernah bergantung apapun. Logika memang kadang tak pernah benar benar memahami hati. Mereka pun 2 hal yang berbeda. Terkadang kita bisa begitu merindukan sosoknya bahkan ketika ia sedang berada disampng kita. Ah... lalu apa yang bisa aku lakukan? Saat sepertinya manusia diseberang kota tak sedang berbalik merindu.... Menyesakkan,

Sabtu, 25 Agustus 2012

Serasa Tahu Tapi Tak Pernah Benar Benar Tahu


Subuh ini dingin. Setan setan mulai bekerja dengan senyum. Terlebih, mereka tentu bahagia memasuki ruang ku. Dimana aku teronggok dengan setengah badan tertutup selimut. Ah.. aku benar benar sadar… mereka bahagia. Untuk kali ini kuijinkan. Sekali ini saja. Maaf ayah, jalan diluar telalu lengang dan mata cukup sayu, walau kutahu masjid tak sepi. Kau pun tahu itu hanya alasanku saja.

Rumah mulai hening. Setengah penghuninya telah beranjak menuju panggilan Allah. Hanya aku yang tersisa. Segera aku ambil air wudhu dan sholat. Tentu saja di ruangku. Aku takkan membiarkan setan setan itu bahagia untuk kedua kalinya. Selepas itu, aku kembali teronggok di kasur, dengan mata setengah terpejam. Aku mengantuk, namun tak benar benar sudi terlelap. Mengusir bosan, kuperhatikan isi kamarku dan berhenti pada sebuah majalah. Aku ingat betul, ayah memberiku majalah itu beberapa hari lalu. Aku cukup tertarik dengan sampulnya. Dan benar benar tenggelam dengan isinya. Walau jujur, tak semua bagian ku selami.

Membaca majalah itu, membuatku berfikir lebih keras. Sebenarnya pertanyaan yang muncul adalah pertanyaan dasar, yang seharusnya sudah kudapatkan jawabannya jauh jauh tahun. Mungkin ada baiknya sebelum memasuki bangku kuliah. Kupikir sudah terlambat jika memikirkannya sekarang, tetapi bukannya tak ada kata terlambat. Entahlah, tak ada salahnya dicoba. Pikirku.

Beberapa pertanyaan itu adalah : apa yang aku inginkan? Apa cita citaku? Aku bisa apa? Apa yang bisa aku lakukan? Apa yang sudah aku lakukan?

Jujur saja, semuanya tak mudah untuk dijawab. Apa yang aku inginkan? Ah.. seringkali aku sendiri tak tahu apa yang aku iginkan. Aku terbiasa dengan kepasrahan. Lebih banyak berkata “terserah”. Bahkan untuk memilih akan berbuka dengan semangkuk soto atau dengan sepiring nasi padang, tak cukup dengan 5 menit untuk menimbangnya. Dan tentu saja lebih sering berakhir dengan “terserah kamu, aku ngikut”.

Pertanyaan kedua, apa cita citaku? Aku sedikit tertawa merenunginya. Sudah pernah kuceritakan bukan, seseorang bertaya padaku apa cita citaku kelak. Dan aku hanya menjawab “hmm… tidak tahu pasti… mungkin pegawai bank… oh… atau penulis”. Ya.. aku benar benar tidak tahu dengan pasti. Bahkan aku tak memiliki sasaran pasti setelah lulus kuliah. Memikirkan itu, rasanya seperti terombang ambing di kapal feri, menuju pulau antah berantah.

Lalu, aku bisa apa? Ini pun tak bisa kujawab dengan sukses. Aku tak pandai memasak, karenanya tak mungkin membuka restoran. Aku bukan ahli gizi ataupun ahli akupunktur, jadi mustahil membuka klinik kesehatan. Aku juga bukan ahli teknik yang pandai mencipta piranti ataupun alat alat canggih jaman sekarang. Kemampuan bahasa pun rata rata. Jika kala itu aku tak benar benar serius menekuni b.inggris, mungkin toefl ku masih 400an lebih tapi kurang dari 450. Bisa mendapat nilai A pada kuliah b.inggris 6 saja sudah girang bukan main. Tapi tentu sangat belum sanggup mendapat beasiswa luar negeri.

Selanjutnya, apa yang bisa aku lakukan? Aku kebingungan, dan hanya diam. Bagaimana bisa aku menjelaskan apa yang bisa aku lakukan, jika apa yang aku iginkan saja aku tak benar benar tahu. Okelah… anggap saja aku bisa melakukan apapun dan mulai melakukan segalanya. Tetapi apakah itu menyenangkan? Melakukan sesuatu tanpa tujuan yang jelas. Aku tak suka, tetapi juga tak tahu harus apa.  

Pertanyaan terakhir, setali tiga ranjau dengan pertanyaan sebelumnya. Apa yang sudah aku lakukan? Jawabannya singkat. Aku telah melakukan segala hal, tanpa benar benar tahu apa yang aku lakukan. Terkadang aku hanya berfikir, mungkin ini baik bagi masa depanku, walaupun hanya Tuhan yang tahu.

Ah… apa hubungannya semua pertanyaan itu dengan majalah? Kubocorkan kawan, majalah itu bernama Intisari. Edisi agustus 2012. Didalamnya termuat ulasan mengenai 50 inspirasi Indonesia. Aku benar benar ingin seperti mereka. Memiliki tujuan yang jelas, tahu apa yang harus dilakukan, tak menyerah pada rintangan, dan tak takut untuk beraksi. Aku pernah dengar perkataan “ Teori tak berarti tanpa praktek”. Itulah mereka.

Aku ingin seperti Anies Basweden, yang melakukan langkah nyata untuk membantu mencerdaskan bangsa. Aku juga ingin seperti Dahlan Iskan, politikus yang tau mana  yang benar, yang benar benar menghidupkan akal sehatnya. Tentu aku juga ingin seperti Jing Tio, yang sukses mengenalkan bumbu bumbu khas Indonesia di Amerika. Bahkan toko alat alat dapur miliknya dijadikan rujukan chef chef dunia. Hebat kan! Kawan, tahukah kalian kalau mobil Daihatsu A-Concept didesain oleh putra Indonesia bernama Mark Widjaja? Oia, ada seseorang bernama Aggi Tjetje yang selama hidupnya dihabiskan untuk menuntut ilmu. Saat ini umurnya 62 tahun.  Beliau mendapat 12 gelar akademik, lulus lebih dari 30 kursus keterampilan, belajar 26 bahasa asing, dan menguasai lebih dari 100 alat musik! Aku sendiri tak sanggup membayangkannya. Ada juga seseorang bernama Erikar Lebang, yang dapat menginspirasi banyak orang hanya melalui akun twitternya. Tips – tips gaya hidup sehat yang tidak dibuat buat, dan lebih pada pengalaman pribadinya. Bahkan, seorang penderita Lupus pun dapat melakukan langkah nyata dalam hidupnya. Ia seorang seniman, relawan, aktivis social, mahasiswa S3 tapi juga anggota band metal. Hampir tak terlihat Sinta Ridwan adalah Odapus, orang dengan lupus. Ah… aku benar benar tersiksa dengan itu semua.

Mereka memang hebat. Tetapi akupun tahu semua itu diraih dengan perjuangan yang tak kalah hebat. Mungkin, aku hanya bisa iri dengan apa yang telah mereka raih. Baiknya, saat ini aku benar benar ingin tahu apa tujuan hidupku.

Bagaimana denganmu, kawan? Apa tujuan hidupmu? Apa yang kau inginkan?

P.S : Sungguh! tulisan ini bukan promosi… dan selepas perenungan, aku benar benar tidur!… Terima kasih telah menyantap ceracauan subuhku yang bagi kalian mungkin hanya sampah.... :)

Selasa, 05 Juni 2012

Hening Hati

Dalam ranah yang baru saja kuselami
tak jarang terbersit tanya "inikah tempatku?"

Disetiap denting waktu,
Dihadapanmu aku hanya tersenyum,
karena itu saja yang aku bisa.
tapi aku tahu kau akan selalu membalas.

Dalam diamku..
kau tau pasti aku tak pandai berucap.
Hanya ada serakan kata yang tak jua temukan cahaya.
Tapi akupun tahu kau faham sorot mataku.

menjadi milikmu sesuatu yang tak pernah ku pinta dalam doaku,
aku yakin tak berbeda denganmu.
Terasa sudah, jalan ini tak selamanya indah.
dalam beberapa langkah, jalan berbatu telah menanti.
Tapi aku tau kau tak ingin lepaskan genggamanmu.

Untuk setiap tawa yang berderai,
mengingatmu tak selalu menyenangkan.
Saat aku tau dalam tidurku aku tak sendiri.
Ku tanyakan pada hujan kapan ia akan beranjak.
tapi aku tau, seiring senja namamu segera terangkai di layar ponselku.

Dan saat senja telah pulang,
Untuk segalanya tak ada yang lain kecuali maaf.
karena ku tau terkadang aku tak sesuai dengan inginmu.
tapi mungkin kau tak tahu.... aku selalu rindu caramu merindukanku.

P.S : I Love You

Minggu, 22 April 2012

Kado (aneh) yang terlambat..... (Selamat Ulang Tahun Kartini Indonesia)


“Apa cita citamu?”  tanyanya pada suatu senja.

“hmmm... entah.. akupun tak terlalu mengerti”, jawabku bimbang.

Lantas Ia tersenyum .. sembari menatapku.. atau mungkin lebih tepat disebut tergelak. Keningnya sedikit menyiratkan kerut, seolah ingin berkata “haii.... bagaimana bisa aku berbicara pada orang yang bahkan tak faham dengan dirinya sendiri.. haha”

Sedikit salah tingkah aku dibuatnya.

“yaa... pegawai  bank... sepertinya tidak buruk”

“haha... pegawai bank? Yakin?? Apa tak ada yang lain?”

“haha... hmm.. salah??.... sebetulnya si... saat awal lulus,,, aku ingin menjadi arsitek... tapi sayang, tak aku ambil.. :) “ timpalku.

“oia... ato penulis... setidaknya aku mulai memikirkan itu.. tapi entahlah... “ tambahku.

“nah... itu... arsitek bagus... penulis bagus... setidaknya... dari pada pegawai bank.... yaa...walaupun tak salah juga sih.... :) “

“hahahahaha...” kami tertawa bersama. Entah bagian mana yang ditertawakan.

 ---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kuhirup udara pagi sedalam dalamnya. Memberi kesempatan rongga dada mengisi diri sepuasnya. Sepertinya mentari pagi sedikit malu malu menampakkan diri. Tapi ia tahu pasti, gilirannya telah tiba.

Aku berjalan menuju dapur. Melihat sekeliling dan tak menemukan apapun. Kupikir pagi ini cukup nikmat, untuk dibuka dengan secangkit teh hangat. Ku ambil sebuah cangkir aluminium dan menuangnya dengan air. Kunyalakan kompor, menaruh cangkir diatasnya, dan mulai menunggu. Tak lama kulihat air telah mendidih, dan segera menuangkan 2 sendok makan teh tubruk kedalamnya. Air segera saja meninggi, sehingga kumatikan api kompor. Saatnya menunggu kembali kawan.. hingga teh cem ceman benar benar telah siap. Jika kaw bertanya apa itu cem ceman? hmmm.. aku tak tahu bagaimana menyebutnya dalam bahasa indonesia..

“ndukkkk... “, ibu memanggil. Aku baru ingat, beliau mengajakku memasak pepes nasi hari ini. Segera saja aku membantu beliau menyiapkan bahan bahan dan perlengkapannya. Disela sela keasyikanku mengiris bawang merah... tiba tiba saja aku berfikir,.. sepertinya menjadi ibu rumah tangga tak begitu buruk. Aku mulai teringat ceramah membosankan seorang dosen disiang hari yang terik. Anehnya, bagaimana bisa aku ingat? Ah.. tak penting. Dosen tersebut berkata “dibalik kesuksesan seorang suami, pasti ada wanita hebat yang mendampinginya. Seorang suami tak mungkin bisa pergi melalang buana mencari nafkah dengan tenang, tanpa harus terbebani dengan kesehatan anak atau mungkin pendidikannya, jika tak ada wanita hebat yang selalu menjaga rumah dan anak anaknya.... blaa.... blaaa.... blaaaa......”. Aku mulai tak ingat apa selanjutnya. . sudah kubilang, ceramahnya sedikit membosankan.

Tapi apa yang dikatakan dosen tadi, menurutku,  tak sepenuhnya salah. Disaat semua wanita modern mendengung dengungkan untuk menjadi wanita karier, sepertinya ibu rumah tangga juga dapat disebut karier. Apa jadinya jika seorang ayah dan seorang ibu, sama sama bekerja diluar, dengan jadwal yang sama sama padat, dan sama sama kembali ke rumah pukul 7 malam. Mungkin para tetangga akan menyebut anak mereka sebagai anak pembantu. Mungkin... hanya mungkin, jangan tersinggung. Lebih ekstreamnya... sang anak akan lebih menyukai masakan baby sitternya, dan justru menangis saat tidur dengan ibunya.

Toh, menjadi ibu rumah tangga bukan berarti terasing dari modernitas. Banyak hal yang bisa dilakukan ibu rumah tangga disela sela kesibukan mengurus anak. Saat bangun pagi... mulai menyiapkan teh, sarapan, dan pakaian anak... setelah itu membersihkan rumah saat anak pergi ke sekolah (asal tahu saja, membersihkan rumah juga dapat disebut olah raga. Secara tidak langsung sih...). Saat menunggu anak kembali.... bisa diisi dengan mencoba berbagai resep masakan, menikmati hobi, bahkan mungkin hobi yang mendatangkan profit. Contohnya,,,, menulis buku, berjualan online, menerima order jahitan sesekali.... dan masih banyak lagi. Sedangkan malam hari, sebagai waktu untuk menemani sang anak belajar, membantu mengerjakan PR yang sulit, sembari sesekali bersenda gurau. Cukup mulia bukan... dan.... tak terlalu buruk. Jika mulai bosan.... bisa diselingi dengan berjalan jalan bersama keluarga diakhir pekan.

Sayangnya.... banyak wanita merasa.. dan mungkin aku termasuk didalamnya..... bahwa gelar sarjana yang telah didapat dengan susah payah, akan sia sia jika ujungnya hanya berakhir sebagai ibu rumah tangga. Untuk apa menempuh 4 tahun belajar akuntansi jika tak bekerja di bank? Buat apa menghafal undang undang jika tak menjadi pengacara?

Hhmmmm... sebenarnya... jika pikir lagi... tak sepenuhnya sia sia. Dengan terbiasa berfikir, otak kita akan terbiasa dengan cepat memikirkan pemecahan suatu masalah. Sehingga saat sebuah persoalan menghampiri, seorang ibu dapat menghadapinya dengan tenang. Selain itu... bagaimana seorang ibu mendampingi anaknya menuntut ilmu, jika ibunya saja tak faham untuk mengerjakan PR kelas 5 SD. Sang anak juga akan lebih terpacu semangatnya.... jika mendengar perjuangan sang ibu dalam menempuh pendidikan. Apa kalian sepakat denganku? Hmmmmmm.......
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“nduk...uda belum brambangnya? “ Aihhhh..... Bawang merah terakhir yang kuiris, memaksaku menghentikan perenungan kecilku. Tapi tak apalah... aku cukup senang....

Seperti sudah kukatakan padamu kawan...... menjadi ibu rumah tangga tak terlalu buruk... walaupun tak semudah yang diucapkan... apalagi dalam era “emansipasi” dan “karier adalah segalanya” . Aku sendiri belum tentu bisa....

Sudahlah..... saatnya mengukus... pepes nasi menanti untuk disantap.... :)

P.S : Toh..... Sepertinya Kartini juga tak akan marah... saat wanita indonesia memilih karier tersebut... Selamat Hari Kartini..... :)

Senin, 26 Maret 2012

Semacam Kritik Mode Dari Orang Yang [nggak] Ngerti Mode


“Teng.. Teng..”

Jam dinding di ruang tengah berdenting cukup keras. Dengtingan terdengar sebanyak dua kali, menandakan saat itu memang sudah pukul 2 siang. Matahari sebetulnya tak terlalu terik, tetapi hawa panas menyelimuti hampir di setiap ruas ruang. Kami duduk terdiam di ruang tengah, bermain dengan pikiran masing masing.  Ia menatapku teduh, sedangkan mataku lurus mengarah ke depan, tak pasti sedang melihat apa. Selang beberapa menit, ia mulai bertanya.

“Aio.. jadi gak.. kamu maw makan di mana?”

Aku terdiam mendengar tanyanya. Tak tahu kalimat mana untuk membalas. Lama tak terdengar jawaban dariku, ia putuskan untuk mengajakku keluar terlebih dahulu. Soal makan apa dan dimana bisa dipikirkan sambil lalu.
Sejurus kemudian aku beranjak menuju kamarku,  dan memilih sebuah baju lengan panjang berwarna dasar putih yang penuh dengan motif bunga besar besar. Sejujurnya jarang sekali aku memakainya, itupun pemberian dari seorang kerabat dekat, yang jika aku pergi ke toko pakaian tak akan sedikitpun kulirik. Tetapi saat itu aku sedang ingin tak terlalu repot. Hawa di luar cukup panas, dan sangat malas sekali memakai pakaian berlapis.  Kupikir kainnya cukup nyaman untuk dipakai, walau aku tak terlalu sepakat dengan motifnya. Ah... pentingkah, hanya untuk kuliah selama 1,5 jam, tak apa pikirku. Toh, yang penting masih sopan.

Selama perjalanan, kami berdiskusi sebentar untuk menentukan tempat mengisi ulang energi. Akhirnya kami pilih sebuah tempat makan yang tak terlalu jauh dari kampus. Segalanya masih sangat baik baik saja. Tak ada yang terlalu penting. Pukul 3.15 kami sama sama menuju ruang kuliah, dan masih baik baik saja. Kelasku selesai tepat sepuluh menit sebelum bel berbunyi. Tak lama Ia menghampiri kelasku karena memang aku tak segera keluar saat kelas dibubarkan. Ada sedikit urusan dengan seorang teman. Selesai dengan urusanku, kami bersama menuju tempat parkir. Langkah kami terhenti saat bertemu beberapa teman sedang berkumpul di sebuah lobby, dan masih sangat baik baik saja. Entah aku yang terlalu tak peduli, yang pasti tak ada masalah buatku. Selanjutnya ia mengantarkanku kembali ke rumah. Sesampainya di depan rumah, ia memberikan komentarnya soal pakaian yang kukenakan.

“Bajumu jadul banget sih”

“Baju apa?” balasku.

“Itu, yang kamu pake, liatlah dikampus, ada yang pakai motif begitu?”

“hahaha...  “ kutimpali komentarnya dengan tawaku dan sebuah penjelasan singkat.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kisah diatas, sebetulnya tak lebih dari sebuah prolog untuk memulai apa yang ingin kusampaikan. Dari penyataan lelaki dalam kisah diatas, aku mulai berfikir bahwa menjadi lelaki sangatlah sederhana. Dalam dunia mode, wanita sangat lebih bisa untuk dieksplorasi. Untuk pria, model pakaian tak pernah terlalu berkembang signifikan, ataupun menurun drastis. Mode pria cenderung stagnan. Tak ada yang terlalu bisa diekplorasi. Aku tak tahu apakah kaos dan jeans sudah ada sejak jaman nabi adam, tetapi yang jelas, model baju pris tak pernah terlalu jauh dari kaos, jeans dan mungkin kemeja.  Tetapi wanita??

Jangan harap bisa menemukan baju “kemarin sore” masih dipakai remaja putri untuk “keesokan harinya”. Dari hal itu, aku mulai mafhum, kenapa dunia model bagi wanita sangat dikagumi dan seperti tak pernah mati. Ya.. karena jelas, mereka ada untuk menunjukkan model model pakaian yang menurut si perancang “New Arrival”. Bagi wanita yang tak terlalu memperhatikan mode dan sama sekali tidak shopaholic sepertiku, bagi sebagian umat “Louis Vuiton dan The executive”  mungkin dibilang tidak “Gaul”. Aku pribadi sebenarnya masih rancu untuk ukuran menilai seseorang “gaul” atau tidak. Tapi yah, seperti sudah disepakati berjamaah secara tidak sengaja, biasanya indikator “gaul” dilihat dari life style dan kroni kroninya.

Sebuah pakaian yang belum genap 5 bulan digembar gemborkan banyak kaum hawa, tak menutup kemungkinan telah lenyap tak berbekas untuk saat ini. Seorang remaja yang memakai pakaian tersebut saat ini, sangat mungkin mendapatkan predikat “ketinggalan jaman” dari teman teman sekampusnya. Bahkan mode di dunia sepatu yang beberapa bulan lalu masih semarak membahas “flat shoes”, sekarang mulai beralih membincang soal “wedges” yang aku sendiri tak begitu faham bagaimana cara membacanya. W(e)dges, w(i)dges, atau wdges. Ah... rumit.

Soal gaul tidak gaul serta jadul tidak jadul ini pula yang membuat banyak wanita terjebak dalam rasa “gengsi mendarah daging”. Terkadang seorang follower ataupun trendsetter sekalipun, tak akan mampu melihat tetangga kamar kosnya memakai tas “guess” dan  baju “connection” serta sepatu “crocs” model terbaru. Hal itu membuat mereka ingin terus ke mall dan berbelanja barang barang terbaru. Bagi anak seorang pejabat negara atau pengusaha yang mungkin tak tahu akan menggunakan uang “berlebih” nya untuk apa, sangat mudah merealisasikan hal itu, tetapi bagi remaja yang bisa melanjutkan studi saja sudah bagus, hanya akan menumbuhkan rasa iri hati.

Mode terkadang memang penting, supaya tak terlalu menjadi buah bibir masyarakat. Tetapi jangan sampai diperbudak oleh mode. Bagiku, mode tak selalu harus diikuti. Jika tak sesuai dengan kepribadian ataupun selera, untuk apa? Sering sekali kita dengar bahwa obat stress ataupun penat bagi wanita adalah berbelanja, tetapi menurutku tak selamanya benar, ada kaliamat yang hilang, yang berfungsi sebagai kalimat syarat.

“obat stress dan penat bagi wanita adalah berbelanja, jika memiliki uang

In Short : Mode itu mahal.... Gengsi itu mahal.... Wanita itu mahal... 



P.S : Makasih buat Mohammad Dzikie Aulia Alfarauqi yang dalam hitungan detik telah memberiku inspirasi untuk menulis (kembali)... :p

Sabtu, 21 Januari 2012

Thanks to 2011 (Moments to Remember)


Kubuka pintu ruangku perlahan, sembari mengedarkan pandangan pada setiap sudutnya. Tak banyak yang berubah. Segalanya masih sama, kecuali aku. Ruang yang tahu segalanya tentangku. Ruang yang belakangan seperti tak lebih sebagai persinggahan sesaat. Ruang yang mulai cemburu.......  juga ruang yang selalu kurindukan.

Entah kenapa malam ini aku hanya ingin kesunyian. Segala racikan melodi seperti kehilangan pamornya. Tak ada jendela pemutar musik di sudut kanan seperti biasanya, juga tak ada film film yang sesungguhnya hanya tersimpan rapi tak tersentuh. Kesemuanya benar benar sunyi. Hanya ada dentingan jari jariku di atas papan ketik. Kaw tahu? Ini malam pergantian tahun. Malam dimana hampir semua manusia menunggunya, malam dimana jalan jalan menjadi begitu padat, malam dimana para polisi mendapat pekerjaan lebih, juga malam dimana para penjual terompet mendapatkan jatahnya. Tapi aku? Sungguh...... Aku hanya ingin kesunyian.

Kawan.. sadarkah? Atau ini hanya persepsiku saja. Banyak orang menyamakan kesunyian dengan kesepian. Tapi aku tidak. Itu dua hal yang berbeda. Sedari dulu selalu kukatakan, aku suka kesunyian namun tidak dengan kesepian. Bagi banyak jiwa yang melayang di antara gedung dan sekat sekat, terkadang modernitas terasa sangat membosankan. Laju mesin yang selalu berdesing, ceracau tiap tiap raga disegala sudut, perdebatan perdebatan tak berujung, dan tak lupa senyum senyum yang mungkin palsu. Ah.... aku rindu hijaunya alam, aku rindu ceracau kicau burung di pagi hari, aku rindu ketenangan, dan sekali lagi... aku rindu kesunyian.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kuhela nafas pelan, dan tersenyum simpul. Fikiranku menerobos pintu pintu memori yang bersambung satu dengan lainnya. Rumit, kawan. Tak semua tahu, dan tak semua ingin tahu. Terkadangpun lebih baik untuk kusimpan sendiri.

Kuakui tahun 2011 istimewa. Banyak sekali pengalaman hidup yang dapat aku petik direntang itu. Mungkin juga akan banyak manusia tak percaya jikalaupun aku uraikan. Tapi aku hanya ingin semua itu terkenang, lewat barisan kata kata, setidaknya untuk diriku sendiri.

Pada 2011 aku belajar, bahwa selama ada usaha, selalu akan ada jalan. Semua hal tergantung pada niat dari masing masing diri. Tak penting apapun kekurangan yang ada, asal mau mencoba, segalanya mungkin. Aku percaya bahwa setiap usaha, selalu berbanding lurus dengan hasil akhirnya. Tak dapat dipungkiri hal macam itu tak selalu terjadi, tapi setidaknya aku percaya. Karena aku tahu Tuhan mengikuti prasangka hamba-Nya. Bukankah berprasangka baik, lebih besar kemungkinan untuk juga berefek baik.

Bersama 2011, aku belajar membuka mata dan merentangkan sayap. Aku ingin buktikan bahwa dunia itu luas. Dan ya...eamang dunia itu luas. Aku mulai tidak sepakat dengan pribahasa kalau ‘dunia tak selebar daun kelor’. Ah.. itu hanya konstruksi saja. Dunia ini luas. Sungguh, sangat luas jika kita mau membuka diri. Keluar dari zona nyaman maka akan banyak sekali pengalaman yang bisa dipetik. Saat kita telah membuka diri, sebisa mungkin imbangi juga dengan membuka pikiran. Luas atau tidak, tergantung bagaimana cara kita memandang sesuatu. Aku suka bertemu jiwa jiwa baru, bertemu karakter karakter baru, dan menemukan yang belum pernah kutemui. Dari mereka aku belajar tentang hidup, dari mereka pikiranku terbuka, juga pada mereka senyum dan terima kasih tak terhingga kupersembahkan.

Dengan 2011, aku semakin bersyukur bahwa sunngguh, Allah menyayangiku. Dikaruniai-Nya diriku, kedua orang tua yang sungguh sangat bijak, dan tak henti menanamkan nilai nilai agama serta sosial yang luhur dihidupku.

Tak lupa pada 2011 aku semakin percaya, bahwa perpisahan selalu mengiringi pertemuan. Namun tak ada yang salah dengan pertemuan, dan juga tak ada yang salah dengan perpisahan. Aku percaya selalu ada hikmah disetiap perpisahan, dan tak ada yang sia sia dari sebuah pertemuan. Secara pribadi aku ucapkan terima kasih pada dia yang membuatku percaya bahwa segala sesuatunya mungkin. Bahwa bakat takkan pernah diketahui jika tak pernah dimulai. Walaupun sampai saat ini akupun masih belum yakin apakah ini bakat untukku. Tak hanya dia, seribu terima kasihpun kuucapkan pada dia, yang menyadarkanku bahwa hidup patut untuk dinikmati, bahwa tak salah untuk memberi ruang pada diri sendiri. Sekali lagi tak hanya dia, pada dia dan dia aku belajar bahwa pertemuan dan kisah adalah satu dan tak terpisahkan. Pun pada dia aku mulai faham bahwa terkadang menjadi tidak tahu itu lebih baik. Dan pada mereka, aku ucapkan terima kasih pada setiap goresan tinta yang tertoreh pada tiap lembar kosong. Sungguh, kutuliskan nama tiap mereka setelah titik terkhir.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lambat laun aku mulai tersadar kembali. Walau jari jariku masih saja melaju cepat diantara aksara, namun seulas senyum telah tersungging di wajahku. Seiring doa dan sebuah ketukan pintu, kububuhkan tanda pengakhir pada tulisan yang baru saja selesai kau nikmati.


P. S : thanks for enjoy this absurd script. WELCOME TO 2012. Lets make new hopes, new dreams, new ways with new spirit. Hopefully 2012 will be a better year. amin.  

Ingatan Tentang Kalian --> Madre (Dee)


Dalam ranah yang mereka sebut keabadian
Aku bersemayam bersama ingatan tentang kalian
Kudekap dan kuucap namamu satu demi satu
Sebelum cahaya melarutkan kita dan waktu

Walau tiada aksara di sana
Walau tiada wujud yang serupa
Tanpa pernah tertukar aku menemukanmu semua
Seperti engkau semua menemukanku

Empat, Lima, Enam
Berapapun banyaknya kita tersempal
Perlahan lebur menjadi tunggal
Dua, Satu, dan Kosong

Bersama kita lenyap menjadi tiada

#

Dalam ranah yang mereka sebut kehidupan
Aku dan kalian menangis dan meregang diantara ruang
Aku dan kalian sersesat dalam belantara nama dan rupa

Masihkah kaw mengenali aku?
Masihkah aku mengenalimu?

Jiwa kita tertawa dan berkata :
Berjuta kelahiran dan kematian telah kita dayakan
Berjuta kata dan sabda telah kita ucapkan
Berjuta wadah dan kaidah telah kita mainkan

Hanya untuk tahu tiada kasih selain cinta
Dan tiada jalinan selain persahabatan

Meski tak terkira banyaknya nama tercipta
Meski tak terhingga rasa menjadi pembeda
Aku akan menemukanmu semua
Sebagaimana engkau semua menemukanku

Sahabat, jika kita terpecah raga
Satu, jika kita memadu raga
Tiada, jika hanya jiwa

Inilah kenangan yang kucuri simpan
Saat ku bersemayam dalam ranah yang mereka sebut keabadian

Inilah kenangan yang kusisipkan di sela sela mentari dan bulan
Yang kelak mereka bisikkan saat kucari kalian

#

Dalam belantara yang dinamai kehidupan
Ingatan pertama dan terakhir

Yang mengikuti saat aku terlahir
Yang bersembunyi hingga kalian semua hadir
Yang menemani saat udara usai mengalir

Cinta dan Sahabat
Sahabat dan Cinta
Itulah jiwa yang terpecah dengan sederhana
Sisanya fana