Jumat, 24 Juni 2011

Gemerincing Kaca

Langit mendung sekali, tapi ku harap hati ku tak semendung awan di luar rumah. Tiba tiba ku dengar gemerincing kaca di kejauhan, anehnya ku masih terdiam di tempat ku berdiri. 5 menit kemudian, ku hampiri si empunya suara. Disana q hanya tersenyum masam, lalu meraih tas yang tak jauh dr sumber suara.

Yogyakarta terasa dingin. Dingin yang menusuk tulang. Sedikit memberikan kenyamanan, tapi menyiksa. Motor ku melaju cepat, menembus maraknya lampu lampu kota. Diatasnya, lagi lagi q hanya terdiam, hanya mata q yang sibuk menjelajah malam. Tak terasa, roda motor telah berhenti berputar, menandakan tempat tujuan telah di depan mata.


Ku parkir motor itu di tempat sekenanya, toh, selama masih dalam jangkauan penglihatanku, ku fikir aman. Ku langkahkan kaki ku selangkah demi selangkah, hingga menemukan sesuatu yang serasa tak asing. Sebuah bangku panjang, dengan sesorang diatasnya, terlihat gelisah, seperti sedang menunggu sesuatu.


Ku hentikan langkah ku dan duduk disampingnya. Disitupun ku lakukan hal yang sama, hanya diam. Dia pun diam, seperti tak menyadari kehadiran ku. Waktu berlalu, cepat, sangat cepat. Tiba – tiba seseorang tadi berdiri, sambil mengatupkan kedua tangannya, lalu mengubah posisi. Ku ikuti perubahan posisinya. Tak lama kemudian, datanglah seorang wanita dengan senyum khasnya menghampiri kami. Sempat ku lihat perubahan raut muka orang di samping q, matanya bercahaya. Wanita itu berdiri di samping ku, memposisikan diri sama dengan kami. Dalam sekejap, ku telah ada di antara mereka.


Sejenak ku masih diam, sebelum mereka sempat melangkah, ku putar badanku, dan berjalan melawan arah.. menjauh..sembari tersenyum…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar