Jumat, 24 Juni 2011

Life is Unpredictable

Kelas ini monoton sekali, fikirku pagi ini. Padahal, semangatku baru saja pulih. Bosan mendengar dosen berkicau, ku corat coret kertas binder ukuran sedang di hadapanku. Entah apa yang ku tulis. Teman disebelahku sudah sejak tadi menguap. Tak berbeda dengan teman di sebelahnya lagi. Menguap juga. Ah, benar benar awal yang suram. Karena sudah tak sabar, kuputuskan keluar ruangan menuju toilet. Setelah itu langkahku berbelok ke bangku panjang di tengah loby kampus yang cukup lenggang.

Sudah 10 menit ku duduk di bangku itu, sembari menghirup udara segar pagi ini. Tak lama, tiba – tiba hp ku bergetar, memaksaku mengeluarkannya dari saku jins. Malas sekali sebenarnya, karena beberapa minggu ini, setiap sms hanya soal pekerjaan. Pasti yang ini juga, pikirku. Tapi ternyata yang ini lain, sebuah nama berbeda muncul di layar. Nama yang sempat masuk ke kehidupanku tanpa kusadari, dan keluar dari lingkaran hidupku dengan hanya ku renungi. Sembari menghela nafas, hanya ku pandangi saja sms dari nya, tanpa ku buka. Tak ku pungkiri sebuah senyum tersungging di bibirku, tapi tak lebar. Senyum simpul saja.

Kelas masih berlangsung saat aku kembali ke ruang itu. Suasana membosankan masih terasa dan pikiranku semakin tak fokus saja mendengarkan materi materi kuliah. 15 menit berselang, kelas bubar. Aku dan teman teman menuju ke kantin langganan kami, melayani perut yang sudah berontak.

Di kantin, saat sedang asyik berbincang, salah seorang dari kami menyapa temannnya, Dipta namanya. Dipta tak sendiri, ia membawa teman yang sesungguhnya teman kami pun belum mengenalnya. Seorang laki laki bernama Wikan. Dipta mengenalkan Wikan pada teman kami, dan dilanjutkan perkenalan kami semua dengan 2 orang asing itu. Dipta dan Wikan memutuskan makan semeja dengan kami. Mereka tak canggung dan cepat larut dalam topik yang kami bahas. Dipta ssendiri masih satu jurusan dengan kami, tapi Wikan tidak. Wikan mahasiswa hukum. Pantas saja aku tak pernah melihatnya, gumamku. Kalau Dipta, sebelumnya hanya sekedar tahu, tapi tak kenal.

Wikan duduk di sebelahku, sesekali ia ikut berkomentar mengenai apa yang kami bahas. Tak lama, ia mengajakku berbicara. Menanyakan jurusanku dan akhirnya namaku. Wikan sangat periang, ia terlihat sebagai sosok yang bisa berbaur dengan siapa saja. Singkat kata, cukup supel. Ku akui sosoknya sangat menyenangkan, selera humornya pun tak buruk. Ia pintar membawa suasana.

Tak terasa, sudah 1,5 jam kami ada dikantin. Makan setengah jam, mengobrol satu jam. Dipta dan Wikan tiba – tiba berdiri dan pamit. Tapi kami juga memutuskan untuk beranjak. Di persimpangan selasar, aku memisahkan diri dengan mereka. Masih ada kelas yang harus kuikuti. Jadwalku memang tak semuanya sama dengan teman – teman dekatku. Setelah beberapa langkah, aku menengok ke mereka yang berjalan berlawanan arah dengan ku. Tanpa diduga, Wikan sedang melihat ke arahku sembari tersenyum.

-#-

Di depan kelas, sudah banyak mahasiswa yang mengantri masuk ruangan, Maklum, ruang kelas masih terkunci. Dengan sabar kami menunggu. 5 menit, 10 menit, dosen tak kunjung datang. Setelah 30 menit berselang, kami putuskan bubar. Bagian pengajaran memberi info dosen kami tak bisa mengajar, ada keperluan mendadak. Ah, kenapa tak dari tadi, desahku. Tahu begitu, aku bisa langsung pulang. Ingin sekali beristirahat.

Sampai di rumah, langsung ku rebahkan badan yang dari tadi ingin sekali menyentuh tempat tidur. Setelah itu, kuhela nafas panjang, lalu meraih tas yang tak jauh dariku. Sebotol air mineral kukeluarkan lalu meminumnya. Segar sekali rasanya. Ku rebahkan kembali badanku, dan memejamkan mata, menikmati nyamannya suhu ruangan. Tak lama tiba – tiba aku ingat sesuatu. Sebuah sms dari sebuah nama tadi pagi belum aku buka. Kuraih ponsel yang tergeletak di sebelahku, dan mulai membuka folder pesan sigkat. Beberapa detik ku pandangi lagi sms darinya, setelah itu baru ku buka. Sebuah pertanyaan yang terkesan kaku tertulis di dalamnya

“ Zian...km lagi ap?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar